Sabtu, 02 November 2013

PEROPESI KEPUSTAKAWANAN




A.  Pengertia Kepustakawanan
Kepustakawanan (Librarianship) adalah penerapan pengetahuan (dalam ilmu perpustakaan) pengadaan, penggunaan serta pendayagunaan buku di perpustakaan serta jasa perpustakaan (Sulistiyo Basuki, 1993 : 6).
Menurut Lasa Hs. (2009 : 155)  kepustakawanan (Librarianship) adalah ilmu dan/atau profesi di bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.
Istilah profesi berasal dari kata pofess yang berarti ‘pengakuan’, kata profess atau profesi mula-mula digunakan pada abad pertengahan, yaitu di Eropa Barat, di Jerman, dan di berbagai negara Skandinavia dengan istilah Gilda, yakni perkumpulan orang yang memiliki keterampilan khusus, seperti tukang sepatu, tukang kayu, dan tukang pandai besi.
profesi adalah sebuah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan dari praktik, dan yang teruji dalam bentuk ujian dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang, serta memberikan hak kepada orang yang bersangkutan untuk berhubungan dengan nasabah (klien). (Menurut Sulistyo Basuki (1993), dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan,)
kepustakawanan adalah sebuah profesi. Akan tetapi, terkadang karena kita terlalu berkonsentrasi pada kegiatan teknis perpustakaan, kita lupa bahwa kepustakawanan sebenarnya adalah kegiatan antar manusia, yang berpusaran pada aktivitas-aktivitas menyimpan dan menata pustaka bagi keperluan para pencari informasi. Pustakawanan bekerja berdasarkan etos kemanusiaan sebagai lawan dari kegiatan teknis semata. Pustakawan adalah fasilitator kelancaran arus informasi dan pelindung hak asasi manusia dalam akses ke informasi.
Pustakawan mempunyai kewajiban untuk melakukan suatu tindakan sesuai profesinya dan ia harus dapat menghindari tindakan-tindakan yang buruk, salah, yang bertentangan dengan norma-norma dalam masyarakat. Profesi pustakawan di Indonesia secara resmi diakui berdasarkan SK MENPAN No.18/MENPAN/1988 dan diperbaharui dengan SK MENPAN No. 33/MENPAN/1990, yang kemudian diperkuat dengan keputusan-keputusan lain yang berkaitan dengan kewajiban dan hak sebagai profesi dan fungsional pustakawan.
Para ilmuwan sependapat bahwa suatu profesi merupakan pekerjaan yang memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan profesi tersebut antara lain sebagai berikut:
  1. Pengetahuan dan keterampilan khusus.
  2. Adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian.
  3. Pendidikan profesi.
  4. Adanya kode etik.
  5. Berorientasi pada jasa.
  6. Adanya tingkat kemandirian dan otoritas.
  7. Internship/praktik kerja waktu mengikuti pendidikan.
  8. Budaya profesi.
  9. Perilaku professional/penampilan dalam berkomunikasi dengan pemustaka.
  10. Standar/ketentuan umum dalam melaksanakan profesi kepustakawanan.
  11. Klasifikasi keprofesionalan
Jenjang Jabatan Pustakawan dari yang terendah sampai dengan tertinggi, yaitu:
  1. Asisten pustakawan, terdiri dari Asisten Pustakawan Pratama, Asisten Pustakawan Muda, dan Asisten Pustakawan Madya.
  2. Pustakawan, terdiri dari Pustakawan Pratama, Pustakawan Muda, Pustakawan Madya, dan Pustakawan Utama.
Jenjang pangkat dan golongan ruang Asisten Pustakawan sebagai mana tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Asisten pustakawan pratama
  • Pengatur muda tingkat 1 (Golongan II/b)
  • Pengatur (Golongan II/c)
  • Pengatur tingkat 1 (Golongan II/d)
2. Asisten pustakawan muda
  • Penata muda (Golongan III/a)
  • Penata muda tingkat 1 (Golongan III/b)
3. Asisten pustakawan madya
  • Penata (Golongan III/c)
  • Penata Tingkat 1 (Golongan III/d)
Jenjang pangkat dan golongan ruang pustakawan sebagai beirkut:
1. Pustakawan Pratama
  • Penata Muda (Golongan III/a)
  • Penata Muda Tingkat 1 (Golongan III/b)
2. Pustakawan Muda
  • Penata (Golongan III/c)
  • Penata Tingkat 1 (Golongan III/d)
3. Pustakawan Madya
  • Pembina (Golongan IV/a)
  • Pembina Tingkat 1 (Golongan IV/b)
  • Pembina utama muda (Golongan IV/c)
4. Pustakawan utama
  • Pembina utama madya (Golongan IV/d)
  • Pembina utama (Golongan IV/e)
Dari kesebelas syarat profesi yang dikemukakan, maka hal pertama yang harus dilakukan oleh Pustakawan dalam menjalankan sebuah profesi adalah memahami kode etik. Dengan adanya kode etik, Pustakawan dapat memenuhi standar etika profesi, baik dalam hubungannya dengan perpustakaan  sebagai lembaga tempat bekerja, terhadap pemustaka sebagai masyarakat yang dilayani, rekan pustakawan, antarprofesi, maupun masyarakat pada umumnya.



B.   Etika Propesi Kepustakawanan
Etika merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat praktis yang merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Misalnya kita mempunyai etika dalam individual dan sosial . menurut (Abbas Hamami M., 2007). Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Tujuan kode etik perpustakaan adalah agar pustakawan profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemustaka. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi, ketaatan itu terbentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian, tenaga profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri.
Pustakawan sebagai profesi perlu memiliki sikap:
  1. Komitmen untuk mengembangkan diri dalam bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi;
  2. Komitmen untuk menggunakan hal-hal baru untuk menunjang tugas profesi;
  3. Komitmen untuk bersikap eksperimen dan inovatif;
  4. Komitmen untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa membedakan agama, ras, golongan, suku, jabatan, maupun politik; dan
  5. Komitmen untuk mematuhi kode etik pustakawan





Tahapan Dalam Perencanan




A. Tahap Perencanaan
          Langkah awal dalam proses perencanaan perpustakaan adalah menetapkan visi, misi, tujuan, perumusan keadaan sekarang, identifikasi kemudahan dan hambatan, dan pengembangan perencanaan ( handoko: 1993: 79-80 ).
1.    Penetapan Visi, Misi dan Tujuan
          Keberadaan visi dalam suatu perpustakaan akan berfungsi memperjelas arah perkembangan perpustakaan dan motivasi seluruh komponen yang mengambil tindakan kearah yang benar. Dengan visi yang jelas akan membantu koordinasi atas kegiatan orang-orang yang terkait denga suatu perpustakaan. Visi sebenarnnya merupakan penetapan tujuan jangka panjang dalam suatu organisasi/lembaga yang bersifat abstrak, mudah dipahami, memiliki keunggulan dari yang lain, terbyangkan dan disusun oleh pimpinan bersama anggota lembaga. Adapun misi adalah merupakan penjabarab dari visi dengan rumusan-rumusan kegiatan yang akan dilakukan dan hasilnya dapat diukur, dilihat dirasakan mampu dibuktikan karena bersifat kasat mata. Sedangkan tujuan adalah sasaran yang akan dicapai suatu perpustakaan dalam jangka pendek dan hasilnya bisa dirasakan. Tujuan yang akan dicapai perpustakaan haruslah jelas.( Drs. AW. Widjaya , Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen. Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987.)
2.    Perumusan Keadaan Sekarang
           Keadaan perpustakaan sekarang perlu dipahami, baik kekurangan maupun kelebihannya. Hal itu penting untuk menetapkan langkah-langkah yang akan dilakukan. Pada tahap ini diperlukan informasi dan data statistik yang akurat yang diperoleh dengan komunikasi yang baik di perpustakaan itu.

3.     Identifikasi Kemudahan dan Hambatan
           Perlu dipahami juga kekuatan apa saja yang dimiliki perpustakaan sebagai modal untuk melakukan kegiatan. Kekuatan adalah segala elemen yang dapat menjadi pendorong untuk memajukan suatu perpustakaan. Adapun sesuatu yang dapat dijadikan kekuatan antara lain berupa modal, koleksi, sumber daya manusia, partisipasi, anggota dll.
 Kekurangan yang dapat menjadi hambatan pengembangan perpustakaanpun perlu diketahui dan diatasi. Elemen yang dianggap sebagai kekurangan itu antara lain minimnya dana, ruangan yang sempit, minat baca rendah, atasan yang kurang memperhatikan, koleksi sedikit, dll.
4.    Pengembangan Perencanaan
           Dalam pelaksanaan kegiatan perpustakaan pengembangan prosdur, alat, dana, maupun  tenaga karena berbagai faktor.  Oleh karena itu kemungkinan-kemungkinan ini perlu diidentifikasi sbaik-baiknya agar dalam pengembangan perencanaan tidak terjadi pemborosan dana dan tenaga atau terjadinya penyelewengan atas perencanaan semula.
          Agar dalam pengembangan perpustakaan dapat dicapai tujuan yang baik, perencanaan perlu mempertimbangkan sumber daya manusia, bahan informasi, dana, gedung/ruangan, sistem, dan peralatan dengan tetap memperhatikan manajeman dan keahlian.
a.    Sumber Daya Manusia
·         jenis kegiatan
·         pengadaan tenaga kerja
·         pendidikan dan pelatihan
·         evaluasi jabatan
·         penilaian prestasi kerja
·         promosi pegawai
·         organisasi
·         konsultasi
·         kualitas tenaga kerja
Tinggi rendahnya sumber daya manusia perpustakaan dapat meninggkatkan dan menurunkan citra perpustakaan di mata masyarakat, oleh karena itu dalam rencana penyediaan sumber daya manusia pengolah perpustakaan perlu memperhatikan kualitas dan kuantitasnya. (S. P. Siagian, opcit. 132)


Ø  Spesifikasi
          Untuk memenuhi kebutuhan tenaga, kiranya perlu dipikirkan keberadaan ahli khusus sesuai dengan bidang layanan perpustakaan itu.
Ø  Pemanfaatan Teknologi Informasi
          Pengunaan teknologi informasi di perpustakaan mempengaruhi kebutuhan tenaga, pekerjaan yang tadinnya dikerjakan secara manual yang memerlukan banyak tenaga, menjadi lebih mudah dan cepat selain itu juga diperkirakan lebih efisien baik waktu maupun tenaga.
Ø  Dana
          Merupakan salah satu hal pendukung yang sangan dibutuhkan dalam suatu perpustakaan, sebab dana bukan hanya untuk pengadaan terhadap koleksi perpustakaan saj , tapi dana juga diperuntunkan untuk mengaji para kariawan,dll.
Ø  Tingkat pendidikan pemakai
Dalam perencanaan rekrutmen sumber daya manusia perpustakaan perlu dipertimbangkan tingkat pendidikan pemakai perpustakaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan pemakai maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki latar pendidikan yang memeadai.
Ø  Penempatan
           Penempatan para pegawai baru harus benar-benar disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang disandangnya, keahliannya, dan kemampuan pegawainya, sebab penempatan tenaga yang salah dapat mengakibatkan manajemen kurang efektif dan kurang efisien. Agar dapat menyesuaikan diri dengan linkungan mereka, perlu diperkenalkan dengan pegawai-pegawai lama, para pejabat, fasilitas lembaga, dan sarana prasarana lembaga.
Ø  Pendidikan, pelatihan dan pengembangan
           Pendidikan dan kepelatihan sebenarnya tidaklah sama meski banyak kesamaannya, keduannya memang merupakan kegiatan yang ditunjukan untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia agar mereka memiliki kecerdasan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan kemampuan yang lebih tinggi, pendidikan lebih menekankan pada penguasaan teori, sedangkan pelatihan cendrung penguasaan hal-hal yang bersifar praktis/terapan. Pengembangan adalah pembinaan baik dari segi jiwa, kemampuan, keahlian masyarakat.
Ø  Penentuan kebutuhan
          Perlu diperkirakan secara cermat apakah perlu adannya pengembangan sumber daya amanusia, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal disuatu perpustakaan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadinnya pemborosan.
          Menerut Pramono Atmadi menjelaskan apabila dikaitkan dengan tingkatan manajemen, maka perencanaan mempunyai tingkatan-tingkatan.
1.    Perencanaan dan pengambilan keputusan.
Suatu keputusan, biasanya diambil karena adanya berbagai konflik dari berbagai pilihan. Keputusan tidak hanya diambil dari suatu kegiatan sebagai kebulatan tetapi keputusan dapat diambil dari langkah atau proses dalam perencanaan itu.
2.    Perencanaan dan perkiraan masa depan.
Perencanaan memang berkaitan dengan perkiraan masa depan perkiraan masa depan adalah perkiraan berbagai kondisi masa depan. Perenaan selalu melihat dan mencakup masa depan.bila dihubungkan dengan perencanaan maka perkiraan masa depan cenderung untuk memperkirakan kegiatan apa yang dilakukan oleh pihak-pihak lain. Kondisi hari depan yang bagaimana yang akan terjadi dan kemudian menyusun arah pengembangan yang didasarkan pada perkiraan tadi.
3.    Bila dihubungan dengan perencanaan, memperkirakan kemungkinan hasil rencananya atau apa kondisi yang inggin dicapai dan apakah rencananya dapat mempengaruhi kondisi masa depan, sehingga rencana tujuan tercapai.


4.    Perencanaan dan tujuan berkaitan sangat erat.
Bila suatu rencana dikemukakan dan ditekankan sebagai hasil dan suatu harapan, maka rencana itu disebut tujuan.

          Standar mempunyai hubungan erat baik dengan rencana manapun dengan tujuan. Standar adalah tolak ukur (kriteria) yang digunakan untuk menentukan apakah rencana tadi sesuai dengan harapan. Standar  adalah untuk membandingkan hasil terhadap harapan. Perencanaan, standar dan tujuan mempunyai hubungan yag erat walaupun terdapat perbedaan diantara ketiganya. Tidak dapat dipisahkan, tetapi terdapat perbedaan.
B.  Teori Perecanaan
Dalam perencanaan kita mengenal beberapa teori. Berdasarkan teori-teori ini maka dalam kegiatan perencanaan dapat dikembangkan kegiatan yang lebih terpadu dan terarah sehingga akan lebih mantap adapun teori tersebut sebagaimana diuraikan oleh Parmono Atmadi .  yang beliau sebut subteori perencanaan sebagai berikut
1.    Teori Menentukan Kebutuhan
Kebutuhan selalu perluh dirumuskan sedemikian rupa, sehingga perencanaan dapat dilakukan dengan baik.
2.    Teori Memilih
Teori memilih, artinya menentukan pilihan dari berbagai alternative yang ada. Dalam hal ini teori terperinci atas pilihan altenatif, menentukan variable, menentukan nilai kuantitatif dari variable, menentukan nilai probabilitas dari variable dan menentukan perencanaan.
3.    Teori Penggumpulan dan Pengolahaan Data
Teori ini diperlukan karena pengumpulan dan pengolahan data akan sangat menentukan kebehasilan penyusunan rencana.  Apakah data primer maupun data skunder sangat perlu di dalam pengolahaan guna menyusun suatu rencana. Instrument, cara-cara dan perlengkapan memegang pranan pula di dalam pengumpulan dan pengolahan data ini.

4.    Teori Testing
Teori testing dilakukan pada semua tahap dan tingkat perencanaan. Pengaruh dari testing ini bagi suatu  perencanaan meluputi tahapan:
a.    Perumusan kebutuhan.
b.   Pengetesan komponen dan rencana tentatif  (rencana yang belum mantap).
c.   Pengetesan komponen dari rencana yang telah mantap (final).


5.    Teori organisasi penyusunan rencana.
Terdapat empat bagian utama yaitu: peran unit tingkat atas, peran bagian-bagian  utama dalam lembaga peran Team atau komisi atau panitia, dan pran ahli atau spesialis yang berperan serta atau berpatisipasi dalam perencanaan.

6.    Peran teori komunikasi pada perencanaan.
Komunikasi memegang peranan dalam perencanaan fungsi komunikasi tersangkut dan merembes dalam proses perencanaan. Diperlukan media komunikasi dalam organisasi.
7.    Peran teori persuasi dalam perencanaan.
Pranan persuasi atau bujukan merupakan upaya pemantapan perencanaan. Pimpinan dan perencana perlu melakukan langkah-langka nyata melakukan hal ini. Tiap langkah atau tahapan perencanaan sangat ditentukan oleh usaha-usaha persuasi atau bujukan ini.

Ø  Contoh  :Perencanaan Perpustakaan
          Perpustakaan sebagai lembaga yang selalu berkembang (library is the growing organism) memerlukan perencanaan dalam pengolahan, meliputi bahan informasi, sumber daya manusia, dana, gedung/ruangan, sistem dan perlengkapan.
          Sumber daya manusia merupakan unsur pendukung utama dalam kegiatan organisasi/lembaga. Maju mundurnnya perpustakaan tergantung pada kwalitas sumber daya manusianya. Kebutuhan sumber daya manusian untuk perpustakaan perlu direncanakan dengan mempertimbangkan : jenis kegiatan, kualitas dan kuantitas tenaga, spesifikasi, pemanfaatan teknologi informasi, dana, tinggkat pendidikan pemakai.
          Demikian pula dalam penyusunan bahan informasi. Perencanaan perlu diperkirakan terutama sistem yang akan diberlakukan disuatu perpustakaan, misalnya , sistem pengadaan koleksi, sistem inventaris, sistem katalogisasi, sistem klasifikasi, sistem sirkulasi dan softwere yang akan dipakai. Perlu pula direncanakan buku-buku pedoman yang akan digunakan : misalnya, pedoman katalogisasi, transliterasi, klasifikasi, dll.
          Tidak kalah pentinggnya perencanaan pangilan dana yang menjadi nafas suatu perpustakaan. Dana dapat diperoleh melalui keanggotaan, denda jasa foto copy, jasa penelusuran literatur, jasa terjemahan, kerja sama dengan penerbit, anggaran rutin dan anggaran proyek/sponsor.
          Seluruh kegiatan perpustakaan akan dapat berjalan dengan baik apabila memiliki perlengkapan yang baik dan memadai. Sarana-prasarana seperti gedung/ruangan, mebeler, media komunikasi, dan peralatan kantor perlu direncanakan sedini mungkin. Mengingat begitu pentinggnya perencanaan bagi suatu perpustakaan dlam penyusunannya diperlukan pengetauan dan pengalaman luas ( sulistyo basuki, 1993:192 )
          Pentingnya perencanaan bagi suatu perpustakaan disebabkan karena hal-hal berikut :
1.  Perencanaan merupakan dasar pelaksanaan aktivitas
          Pimpinan perpustakaan tidak akan mampu melaksanakan fungsi manajeman dan kepemimpinan dengan baik tanpa perencanaan yang sudah ditetapkan. Perencanaan yang memadai akan memberikan petunjuk kepada pemimpin perpustakaan mengenai sistem organisasi, prosedur dan kebijakan yang ditempuh, kualifikasi tenaga yang diperlukan, dan kearah mana tenaga harus menggerakan untuk melakukan pekerjaan dan tugas-tugas kepustakawanan.
2.   perencanaan merupakan alat pengawasan
          Pengawasan sebenarnnya merupakan upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan adannya perencanaan aka diketahui adanya penyimpangan langkah yang kemudian dapat dilakukan pengukuran signifikasi penyimpangan itu. Oleh kerena itu pengawasan harus didasarkan pada perencanaan. Perencanaan yang baik, jelas, lengkap, terpadu, akan mampu meningkatkan efektivitas pengawasan.
3.   perencanaan yang profesional akan membawa efektivitas dan efisiensi
          Dengan adanya perencanaan, seorang pemimpin perpustakaan berusaha untuk mencapai tujuan dengan biaya yang paling kecil dan menghasilkan produk ( barang/jasa ) yang lebih besar. Oleh karena itu dalam penyusunan rencana perlu diantisipasi adanya akibat-akibat yang tidak dikehendaki dan sedapat mungkin dihindari atau setidaknya di kurangi. (Parmono Atmadi, opcit,)